Sudah jelas bingit dari judulnya, konten selanjutnya yang
bakal aku posting bakalan berisi konten... kalau bahasa koreanya...
"galau", heuheu.
Jadiiiiiiii........ nggak pernah sekali pun kuterka-terka,
kubayangin, kuangan-anganin, ora tak nyana-nyana.. kalau aku bakal hidup
merantau, menetap di tanah orang, meninggalkan Wonogiri, kampung halaman ndeso
dengan segala kekurangan dan sedikit kelebihannya *eh.
Dan apa efeknya kalau sekolah di tanah rantau kayak
begini... yang sekolah jadi bukan aku, tapi kotanya. Ya, sekolah di sekolah
kedinasan di Jakarta, dimana berbagai suku dikumpulin jadi satu di sekotak
komplek kampus itu.. bawa nama kota asal banget. "Kok dia ngomongnya halus
banget.. Asal mana sih?" "Wonogiri" Haha, contoh fiktif.
Nyatanya ngomongku nggak halus-halus banget khas jawa.
Masuk bulan puasa ini pasrahlah sudah. Mau gimana raga sudah
terdampar di Ibukota, mau se-berontak apapun pingin balik pulang, the reality
will never change! Aku masih teronggok di kost an bersama imajinasi pulang
kampungku yang makin liar. Dan walhasil, akupun yang sedang mendalami ilmu
klimatologi ini beralih profesi menjadi semacam penjinak... mimpi liar, bukan gajah liar.
Jadi menurut paham buyutku, kita jangan sampai tenggelam di lautan pikiran negatif kita sendiri. Karena kamu adalah apa yang kamu pikirkan.
Kalau aku nggak menjinakkan pikiran-pikiran tentang rumah, keluarga... well, nggak ada yang salah dari kata "rumah" & "keluarga"! Tapi bro sis mbak yu mas'e... Kamu ke Jakarta buat menuntut ilmu, nduk, mencari ridlo Allah. Jadi ya jangan mikir rumah. Tinggalkan rumah. Tinggalkan tinggalkaaan! Dan lanjutkan pertempuran!Menangkan medan perang!
Dor dor.. ciu ciuuuu... boooom.. jedueeeeer... *sound effect*