Segala yang hidup di dunia ini kelak akan mengalami kematian. Meski kematian ini menjadi satu hal yang ditakuti orang, toh pada akhirnya ia akan mengalaminya. Di dalam Al Qur’an, kematian dipandang sebagai proses kepulangan kita, mudik ke udik. Pulang atau musik dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang sangat menyenangkan. Lihat saja waktu lebaran, begitu sukariannya orang-orang mudik ke kampung halaman. Berbagai bekal ia persiapkan untuk mudik. Jika mudik adalah kematian dan kampong halaman adalah Tuhan Sang Pemilik, mengapa kebanyakan manusia takut menjalaninya?
Orang takut mati karena tidak mempersiapkannya. Hidupnya bersukaria, asyik menumpuk kekayaan dan menggandrunginya.
Imam ‘Ali Zainal-‘Abidin, cucu Rasulullah SAW. berkata
“ada tiga saat yang paling menakutkan yang harus dialami anak Adam, yaitu (1) ketika ia menyaksikan malaikat maut, (2) ketika ia bangun dari alam kubur, (3) ketika ia berdiri di hadapan Allah SWT. sementara ia tidak tahu apakah akan masuk surga atau neraka.
Demikianlah perjalanan pulang kita. Ke kampung keabadian.
Stasiun pertama adalah kematian saat malaikat maut menjemput kita.
Di situ mayat akan dihadapkan pada kekayaannya. Ia berkata, “Demi Allah, dahulu aku mengumpulkan kamu dengan rakus dan pelit. Sekarang apa yang kamu berikan kepadaku?” Harta itu akan menjawab, “Ambillah dariku kain kafanmu.”
Kemudian mayat akan dipertemukan dengan seluruh keluarganya. Ia memandang mereka, “Demi Allah, dulu aku sangat mencintai kalian dan memelihara kalian dengan susah payah. Apa yang akan kamu berikan kepadaku?” Mereka menjawab,”Kami akan mengantarkan jenasahmu. Kami akan menguburmu.”
Setelah itu, Ia melirik pada amalnya dan berkata, “Demi Allah, dahulu aku membencimu. Aku melihat kamu sebagai beban yang berat. Apa yang akan kamu berikan kepadaku?” Amalnya berkata, “Aku akan menjadi sahabatmu di dalam kuburmu., pada hari kamu dihimpunkan, dan sampai pada waktu kita bersama berhadapan dengan Tuhan kamu.”
Jika yang mati itu adalah pecinta Allah, maka yang akan datang padanya adalah seorang yang paling harum baunya, paling indah wajahnya, dan paling bagus pakaiannya. Ia akan membawa kabar gembira berupa surga di ujung perjalanan. Ketika siapa ditanya dia, penjemput itu berkata, “Aku amal shalehmu.” Jika yang mati adalah musuh Tuhan, akan datang menjemput seorang yang jelek penampilannya dan paling busuk baunya.
Nah, demikianlah kematian bukan sesuatu untuk ditakuti.